Setelah liburan panjang akhir tahun usai, akhirnya pada hari Senin 25/7/2022 pembelajaran pendidikan diniyah kembali dilaksanakan. Kegiatan yang wajib diikuti bagi santri maupun santri wati ini nampaknya sedikit banyak mengalami perkembangan setelah dua tahun kurang begitu kompak dan semangat karena keterbatasan sistem pembelajaran dan adanya anjuran pemerintah untuk tidak melakukan pembelajaran tatap muka.
Semenjak Indonesia ditimpa musibah pandemi korona dua tahun lalu, sistem pendidikan formal maupun diniyah mengalami pasang surut. Hal ini karena peraturan atau qonun kurang berjalan maksimal. Salahsatunya adalah karena anjuran pemerintah yang membatasi pembelajaran tatap muka. Sehingga untuk bisa mengikuti progam tatap muka harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari satgas covid dan orang tua. Berbelitnya aturan itulah yang barangkali peraturan pesantren kurang begitu berjalan dengan baik.
Perlu diketahu bahwa pendidikan diniyah tidak seperti pada pendidikan umumnya diniyah di pondok pesantren lain, yang mana tahun ajaran baru dimulai pada awal syawal, namun pondok Subulul Huda melakukan sistem pembelajaran diniyah disamakan dengan sistem pendidikan formal. Di mana tahun ajaran baru berada pada bulan juli, karena sebagian besar santri adalah anak-anak yang melakukan pendidikan formal.
Sistem pendidikan ini sudah berjalan sejak tahun 2016 lalu, atau tepatnya ketika anak-anak formal diwajibkan untuk ikut bermukim meski satu minggu hanya sekali. “Kita berusaha menyantrikan siswa supaya tertanam dalam diri mereka akhlaq dan pondasi agama yang kuat”. Demikian pengasuh pesantren pada suatu ketika dalam sambutannya kepada wali murid dan masyarakat.